Rabu, 05 September 2012

Mengolah sampah menjadi pupuk organik



KELUARGA PEDULI  LINGKUNGAN (KPL) MENGOLAH SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK KOMPOS DI DESA TEGAL  KERTHA KECAMATAN DENPASAR BARAT
KOTA DENPASAR


I Nyoman Artayasa, NPM  118103351010166
Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan( P2WL)
Program Pasca Sarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar




Abstract

Production of household waste every day increased along with the increase of population and consumption patterns. Things must be done to decrease the volume of waste is by: reducing the volume of waste from its source through community empowerment.
Research on community-based waste management in the village of Tegal Kerta aims to obtain a information of the role of Family Care for the Environment (Keluarga Peduli Lingkungan) in order to reduce waste generation that is, that in this process the organic waste into compost by Takakura Method. This is a descriptive qualitative research, the research that aims to describe phenomena that occur location research. Data collection techniques include interviews, questionnaires, and documentation, while the analysis of qualitative data using descriptive techniques.
The study concluded that waste management is a community-based household in the village of Tegal Kerta can reduce waste disposed to landfill, but not optimally implemented in either the sorting or composting because of limited facilities and infrastructure. Organic waste into compost utilized by Family Care for the Environment (Keluarga Peduli Lingkungan) will reduce waste and reduce environmental burden, while the result of sorting in addition to reducing waste generation can also be sold or managed so as to increase incomes.

Keywords: Family Care for the Environment (KPL), Takakura Method, composting,










Pendahuluan

Pengelolaan sampah khususnya di kota-kota besar merupakan salah satu kebutuhan pelayanan yang sangat penting dan perlu disediakan pemerintah. Jumlah penduduk kota yang relatrif besar dengan tingkat kepadatan yang tinggi  akan menghasilkan timbulan sampah yang besar yang harus ditanggulangi baik untuk kebersihan dan pelestarian lingkungan hidup. Volume sampah ini akan meningkat sesuai laju pertumbuhan penduduk, peningkatan teknologi dan aktivitas social ekonomi masyarakat ( Slamet ,1994).

Pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar cukup tinggi karena Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Propinsi Bali, pusat pemerintahan, pusat pendidikan , pusat perekonomian dan merupakan salah satu tempat tujuan wisata sehingga berdampak terhadap peningkatan volume sampah, utamanya sampah rumah tangga. Data dari Dinas Kebersihan Kota Denpasar menunjukan bahwa sampah perkotaan dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk.
Kenyataan yang ada saat ini, masih banyak ditemukan masyarakat kota Denpasar yang membuang sampah ke sungai, got/selokan dan di lahan-lahan kosong, sehingga berpotensi  menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pengelolaan sampah di Kota Denpasar sudah diatur dengan Peraturan Daerah Kota Denpasar nomor 15 tahun 1993 yang telah direvisi dengan Perda no 3 tahun 2000, tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Denpasar. Sampah yang dimaksudkan oleh Perda ini adalah : semua kotoran yang berasal dari kertas,daun-daun, kepingan kayu,botol dan barang-barang bekas lainnya yang bersifat merusak keindahan. Dalam peraturan ini menekankan peningkatan peran serta masyarakat kota dalam pengelolaan sampah.

Desa Tegal Kertha dengan Luas Wilayah 35 ha/ 0,35 km2, yang terdiri dari 8 dusun, dengan jumlah penduduk 14.047 jiwa, ( laki-laki  : 6.994 jiwa ,perempuan : 7.053 jiwa ) dengan 3.415 KK . ( Monografi Desa Tegal Kertha ,2011 ).
Pengelolaan sampah yang dilaksanakan di Desa Tegal Kertha adalah dengan melibatkan masyarakat dengan system swakelola yang langsung dikoordinir oleh Pemerintah desa , dimana telah memiliki sistem pengangkutan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara (TPS) dan diangkut sesuai jadwal yang telah ditetapkan pemerintah Kota Denpasar. Demikian pula halnya mengingat sampah  dimata kebanyakan orang adalah merupakan barang yang tidak bermanfaat dan bernilai  merupakan hal yang keliru, kerena apabila dikelola dengan baik dan dipilah akan dapat mendatangkan hasil, menyadari hal itu Pemerintah Desa Tegal Kertha berkeinginan merubah image tersebut menjadi suatu kenyataan.

Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Desa Tegal Kertha dalam pengelolaan sampah , diantaranya  adalah :
-          Pelaksanaan Program Keluarga Peduli Lingkungan (KPL).
       Program Keluarga Peduli Lingkungan (KPL) merupakan wadah bagi kelompok masyarakat yang berinisiatif dan berkomitmen untuk mengoftimalkan pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga.salah satu tujuannnya guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah dilevel rumah tangga melalui pemberdayaan kelompok perempuan. Program KPL mulai dilaksanakan pada bulan april tahun 2005 di Dusun Tegal Wangi dengan dukungan LSM Bali Fokus. Pada saat ini program KPL sudah diimplementasikan oleh 200 KK yang sudah mengiplementasikan pengomposan pada skala rumah tangga dengan metode Keranjang Takakura, yang tersebar di empat Dusun yaitu Dusun Tegal Wangi,Dusun Bhuana Asri,Dusun Muliawan dan Dusun Panca Kertha. Model pengolahan Sampah dengan Methode Takakura dipilih karena membutuhkan lahan yang tidak begitu luas, sehingga cocok diterapkan di Tegal Kertha , yang sebagian besar penduduk yang menempati Perumnas ( RSS),dimana arealnya sangat sempit.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah Rumah tangga khususnya dalam mengolah sampah oganik menjadi pupuk kompos  dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Belum semua keluarga menjadi anggota Kelompok Keluarga Peduli Lingkungan (KPL),.
  2. Hasil pengolahan sampah organic menjadi pupuk kompos, belum semuanya dapat terjual sehingga sebagian dipergunakan untuk keperluan sendiri.
  3. Sarana dan prasarana untuk mengolah sampah organik  menjadi pupuk kompos, masih tergantung pada bantuan fihak lain.
Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk : Memperoleh gambaran tentang pengolahan sampah organic menjadi pupuk kompos oleh KelompoknKeluarga Peduli lingkungan(KPL) di Desa Tegal Kertha”.

Metodologi Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibatasi pada data pimer dan data skunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari informan dalam penanganan sampah rumah tangga, dalam hal ini adalah anggota Kelompok Keluarga Peduli Lingkungan (KPL ),dan aparat Desa Tegal Kertha. Data sekunder yaitu merupakan rujukan yang akan dipergunakan untuk analisa kajian referensi, literatur dan standarisasi yang menyangkut tentang pengolahan sampah. Teknik pengambilan data primer dan data sekunder dilakukan dengan beberapa cara yaitu ; . Wawancara,. Dokumentasi,.  Kuesioner (Pertanyaan),. Observasi
Model analisis yang akan dilakukan adalah Metode Analisis Deskriptif Kualitatif adalah analisis yang secara cermat mengamati suatu fenomena tertentu melalui pengumpulan fakta hasil eksplorasi dari wawancara, kuesioner, dokumentasi, dan observasi disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Pengertian Kompos
Pengomposan (Composting) adalah sistem pengolahan sampah organic dengan bantuan mikroorganisme sehingga membentuk pupuk organis (pupuk kompos). Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang sederhana hingga memerlukan mesin (skala industri atau komersial). Membuat kompos dapat dilakukan dengan metode aerob dan anaerob. Pada pengomposan secara aerob, proses dekomposisi bahan baku menjadi kompos akan berlangsung optimal jika ada oksigen. Sementara pada pengomposan anearob dekomposisi bahan baku menjadi kompos tidak memerlukan oksigen.

Disisi lain pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru dari sampah yaitu kompos yang kaya akan unsur hara mikro. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah adalah menciptakan metode yang ramah lingkungan dan mudah untuk bisa dilakukan di tingkat kawasan atau rumah tangga, salah satunya adalah dengan membuat kompos di tingkat rumah tangga atau kawasan.    
 
                                    Skema pemilahan sampah.

Text Box: SAMPAH                                               
 


 
Text Box: Sampah anorganikText Box: Sampah OrganikText Box: B3 








 



                     
 
                                Gambar 1.  Skema pemilahan sampah.
Proses Pengomposan
Dalam proses pengomposan, sampah organik secara alami akan diuraikan oleh berbagai jenis mikroba atau jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain sebagainya. Proses peruraian ini memerlukan kondisi yang optimal seperti kesediaan nutrisi yang memadai, udara yang cukup, kelembaban yang tepat. Makin cepat prosesnya dan makin tinggi pula mutu komposnya. Diwadah pengomposan atau komposter, mula-mula sejumlah mikroba aerobik (mikroba yang tidak bisa hidup jika tidak ada udara), akan menguraikan senyawa kimia rantai panjang yang dikandungkan sampah, seperti selulosa, karbohidrat, lemak, protein. Menjadi senyawa yang lebih sederhana, gas karbondioksida dan air. Senyawa-senyawa sederhana tersebut merupakan makanan yang berlimpah, mikroba tumbuh dan berkembangbiak secara cepat sehigga jumlahnya berlipat ganda.
Proses Pengomposan di Desa Tegal Kertha dengan Methode   Keranjang Takakura. Keranjang sakti Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang menarik dari keranjang Takakura adalah bentuknya yang praktis , bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan di rumah. Keranjang ini di sebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik sangat baik.
Keranjang Takakura di isi stater  ¾ dari Berat sampah, kemudian kesehariannya bisa dimasukkan segala jenis sisa-sisa dari makanan, untuk mendapatkan aroma yang bagus, disarankan atau lebih baik dicuci terlebih dahulu sebelum memasukkan kekeranjang Takakura.

Bahan Untuk Proses Pengomposan dengan Methode Takakura ,Bahan Stater : Bekatul (± 4 kg),Sekam (± 1/2 kg, Air gula (± 1/4 kg gula dididihkan dalam 1 liter air), Ragi tempe (±50 gram), Ragi tape (± 50gram), Air bersih, (± 2-3 liter/ secukupnya)

Cara membuat kompos dengan methode Takakura:
Semua bahan-bahan stater dan sampah organic yang sudah dicacah tersebut dimasukkan keranjang Takakura dan diaduk sampai rata, kemudian diamkan beberapa hari ( 2 minggu ) supaya timbul proses pemanasan, bila mana perlu ditutup dengan keset serabut supaya panas yang terjadi didalam keranjang Takakura tidak menguap keluar. Proses pematangan sampah dengan mengaduk sampai 2 minggu. Sekitar sebulan kompos sudah matang. Kemudian kompos diayak agar hasilnya halus. Sisa ayakan yang kasar dapat langsung dijadikan stater untuk pembuatan kompos berikutnya. Kompos dapat langsung dijual ataupun digunakan sendiri.     
                                             
                                      
                            
                      Gambar 2. Pengomposan dengan Methode  Takakura           
                                            
Adapun skema dalam pembuatan kompos dengan Methode Takakura di Desa Tegal Kertha adalah sebagai berikut :


Text Box: sampah
 
         


 


















Text Box: Dijual ke pengepul/didaur ulang               
Text Box: Kompos halus langsung bisa dipakai/dijualText Box: Dibuang ke TPS/TPA                




            Gambar 3.Skema Proses Pengomposan oleh Keluarga Peduli Lingkungan

Pengomposan oleh Kelompok Keluarga Peduli Lingkungan (KPL ).
Di Desa Tegal Kertha ,sampah organic yang dipakai untuk kompos adalah seberat 1/2 Kg x 200 KK x 30 hari = 3.000 kg. Dari sekian sampah itu dapat menghasilkan kompos sebanyak 1.500 kg. Kompos itu sebagian digunakan untuk di lingkungan sendiri dimasing-masing rumah tangga, yaitu sebanyak 500 kg sebagai pupuk untuk tanaman obat ( TOGA ). Dan sebagian lagi sebanyak 1.000 kg  dijual, akan menghasilkan pendapatan Rp.1.500,- x 1.000 kg = Rp. 1.500.000,-. Begitu bermanfaatnya pengomposan tersebut, perlu ke depannya lebih dikembangkan KPL yang membuat kompos dengan Methode Takakura tersebut.    
Namun yang paling penting adalah adalah sudah ada kesadaran/ upaya  nyata dari masyarakat untuk mereduksi sampah, sehingga dapat mengurangi beban TPA serta memperpanjang umur TPA itu sendiri.
   Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Penjualan Kompos dan Sampah an organic Keluarga  Peduli    Lingkungan (KPL ) tahun 2011

No.
Tahun
Penjualan Kompos (Rp)
Penjualan sampah an organic(Rp)
keterangan
1.

2011
18.000.000
  
24.000.000,-
  

Digunakan sebagai uang kas keluarga peduli Lingkungan (KPL)

Sumber : Kantor Desa Tegal Kertha
Dari data di atas, bahwa hasil penjualan kompos oleh Kelompok Keluarga Peduli Lingkungan ( KPL ), adalah rata-rata per bulannya adalah : Rp 1.500.000,- Hasil penjualan sampah an organic adalah rata-rata : 2.000.000,-per bulannya. Sehingga ada tambahan penghasilan bagi anggota Kelompok Keluarga peduli Lingkungan  per bulan rata-rata : Rp. 3.500.000,- : 200 orang  = Rp. 17.500,-

Kalau dilihat dari segi hasil financial, jumlah tersebut tidak seberapa. Namun , yang lebih penting adalah bagaimana kita menyadarkan masyarakat melalui tenaga pengangkut sampah ini, untuk menjaga lingkungan dari pencemaran ,utamanya dari pencemaran sampah an organic, utamanya sampah plastic.
Disamping itu , juga untuk membuktikan bahwa sampah bukanlah semata-mata barang yang tidak berguna, namun bila kita kelola dengan baik dapat juga bernilai ekonomis.

Manfaat Pengomposan di Desa Tegal Kertha.
  1.   Aspek ekologi,
             Pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru dari sampah yaitu kompos yang kaya akan unsur hara mikro.    Pengomposan adalah cara yang alamiah mengembalikan material organik ke alam dalam bentuk penggembur tanah atau soil conditioner, sehingga lingkungan  /ekologi dapat terhindar dari pencemaran.
  1.  Aspek sosial budaya,
            Proses Pengomposan di Desa Tegal Kertha dengan Methode   Keranjang Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang menarik dari keranjang Takakura adalah bentuknya yang praktis , bersih dan tidak berbau, sehingga tidak teralu menimbulkan pergesekan sosial dan tidak mengganggu estetika .
  1.   Aspek ekonomi
        Hasil pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan methode Takakura di desa Tegal Kertha oleh Keluarga Peduli Lingkungan (KPL), sangat bernilai ekonomis, dimana 1 kg pupuk kompos dihargai Rp.1.500,-.
Keluarga Peduli Lingkungan di Desa Tegal Kertha ada sebanyak 200 KK, menghasilkan 1.500 kg kompos per bulannya, dan yang dijual sebanyak : 1.000 kg x Rp. 1.500,- = Rp.1.500.000,-. Ini berarti bahwa sampah kalau kita olah dapat mempunyai nilai ekonomis

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan merujuk pada tujuan penelitian Keluarga Peduli Lingkungan (KPL) mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos  di Desa Tegal Kertha Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat di Desa Tegal Kertha adalah Pengomposan oleh Keluarga Peduli Lingkungan (KPL) yaitu mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos dengan Methode Takakura.
  2. Dampak pengolahan sampah menjadi pupuk kompos dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena hasil pengolahan berupa pupuk kompos dapat dijual dan mendatangkan pendapatan tambahan bagi keluarga tersebut.

Saran.
1.      Pemerintah perlu lebih banyak mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat melalui pemilahan sampah organic dan an organik, sehingga masyarakat lebih mengerti manfaat dari sampah rumah tangga.
2.      Pemerintah Desa Tegal Kertha melalui Kepala Dusun dapat menghimbau kepada masyarakatnya agar semua KK dapat mengolah sampah sampah organic menjadi pupuk kompos dengan methode Takakura.

Daftar Pustaka
Anwar Hadi, 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Aswar,S,1998.Sikap manusia Teori dan Pengukurannya .Liberty,Yogyakarta
Arkunto,S.2002.Prosedur PenelitiASN ,Rineka Cipta, Jakarta
Dajan A.1986, Pengantar Metode statistic.LP3 ES ,Jakarta..
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar,2008.Budaya Bersih sebagai landasan menuju Denpasar yang BALI ( Bersih,Aman,Lestari dan Indah ).DKP,Denpasar

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar,2007.Database Sarana Kebersihan Kota Denpasar.DKP,Denpasar

Mulyanto,HR,2007.Ilmu Lingkungan.Graha Ilmu. Yogyakarta.
Monografi Desa Tegal kerta , 2011
Profil Desa Tegal kerta, 2011
Slamet,Y.1983, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi,Sebelas maret University Press,Surakarta

Sugandhy Aca,2007.Prinsip-prinsip dasar Pembangunan berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.PTBumi Aksara, Jakarta

Undang-Undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah








Tidak ada komentar:

Posting Komentar