KELUARGA PEDULI LINGKUNGAN
(KPL) MENGOLAH SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK KOMPOS DI DESA TEGAL KERTHA KECAMATAN DENPASAR BARAT
KOTA DENPASAR
I Nyoman Artayasa, NPM 118103351010166
Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan
Lingkungan( P2WL)
Program Pasca Sarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar
Abstract
Production of household waste every day increased
along with the increase of population and consumption patterns. Things must be
done to decrease the volume of waste is by: reducing the volume of waste from
its source through community empowerment.
Research on community-based waste management in the
village of Tegal Kerta aims to obtain a information of the role of Family Care
for the Environment (Keluarga Peduli Lingkungan) in order to reduce waste
generation that is, that in this process the organic waste into compost by
Takakura Method. This is a descriptive qualitative research, the research that
aims to describe phenomena that occur location research. Data collection
techniques include interviews, questionnaires, and documentation, while the
analysis of qualitative data using descriptive techniques.
The study concluded that waste management is a
community-based household in the village of Tegal Kerta can reduce waste
disposed to landfill, but not optimally implemented in either the sorting or
composting because of limited facilities and infrastructure. Organic waste into
compost utilized by Family Care for the Environment (Keluarga Peduli
Lingkungan) will reduce waste and reduce environmental burden, while the result
of sorting in addition to reducing waste generation can also be sold or managed
so as to increase incomes.
Keywords: Family Care for the Environment (KPL), Takakura
Method, composting,
Pendahuluan
Pengelolaan sampah khususnya di kota-kota besar merupakan salah
satu kebutuhan pelayanan yang sangat penting dan perlu disediakan pemerintah.
Jumlah penduduk kota yang relatrif besar dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan menghasilkan timbulan sampah yang besar
yang harus ditanggulangi baik untuk kebersihan dan pelestarian lingkungan
hidup. Volume sampah ini akan meningkat sesuai laju pertumbuhan penduduk,
peningkatan teknologi dan aktivitas social ekonomi masyarakat ( Slamet ,1994).
Pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar cukup tinggi karena Kota
Denpasar merupakan Ibu Kota Propinsi Bali, pusat pemerintahan, pusat pendidikan
, pusat perekonomian dan merupakan salah satu tempat tujuan wisata sehingga
berdampak terhadap peningkatan volume sampah, utamanya sampah rumah tangga. Data
dari Dinas Kebersihan Kota Denpasar menunjukan bahwa sampah perkotaan dari
tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk.
Kenyataan yang ada saat ini, masih banyak ditemukan masyarakat
kota Denpasar yang membuang sampah ke sungai, got/selokan dan di lahan-lahan
kosong, sehingga berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan.
Pengelolaan sampah di Kota Denpasar sudah diatur dengan Peraturan
Daerah Kota Denpasar nomor 15 tahun 1993 yang telah direvisi dengan Perda no 3
tahun 2000, tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Denpasar. Sampah
yang dimaksudkan oleh Perda ini adalah : semua kotoran yang berasal dari
kertas,daun-daun, kepingan kayu,botol dan barang-barang bekas lainnya yang
bersifat merusak keindahan. Dalam peraturan ini menekankan peningkatan peran
serta masyarakat kota dalam pengelolaan sampah.
Desa Tegal Kertha dengan
Luas Wilayah 35 ha/ 0,35 km2, yang terdiri dari 8 dusun, dengan jumlah penduduk
14.047 jiwa, ( laki-laki : 6.994 jiwa ,perempuan
: 7.053 jiwa ) dengan 3.415 KK . ( Monografi Desa Tegal Kertha ,2011 ).
Pengelolaan sampah yang
dilaksanakan di Desa Tegal Kertha adalah dengan melibatkan masyarakat dengan
system swakelola yang langsung dikoordinir oleh Pemerintah desa , dimana
telah memiliki sistem pengangkutan sampah dari rumah tangga ke tempat
penampungan sementara (TPS) dan diangkut sesuai jadwal yang telah ditetapkan
pemerintah Kota Denpasar. Demikian pula halnya mengingat sampah dimata kebanyakan orang adalah merupakan barang
yang tidak bermanfaat dan bernilai
merupakan hal yang keliru, kerena apabila dikelola dengan baik dan
dipilah akan dapat mendatangkan hasil, menyadari hal itu Pemerintah Desa Tegal
Kertha
berkeinginan merubah image tersebut menjadi suatu kenyataan.
Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Desa
Tegal Kertha dalam pengelolaan sampah , diantaranya adalah :
-
Pelaksanaan Program Keluarga Peduli Lingkungan (KPL).
Program Keluarga Peduli
Lingkungan (KPL) merupakan wadah bagi kelompok masyarakat yang berinisiatif dan
berkomitmen untuk mengoftimalkan pengelolaan sampah ditingkat rumah
tangga.salah satu tujuannnya guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mengelola sampah dilevel rumah tangga melalui pemberdayaan kelompok perempuan. Program KPL mulai
dilaksanakan pada bulan april tahun 2005 di Dusun Tegal Wangi dengan dukungan
LSM Bali Fokus. Pada
saat ini program KPL sudah diimplementasikan oleh 200 KK yang sudah mengiplementasikan
pengomposan pada skala rumah tangga dengan metode Keranjang Takakura, yang tersebar
di empat Dusun yaitu Dusun Tegal Wangi,Dusun Bhuana Asri,Dusun Muliawan dan
Dusun Panca Kertha. Model
pengolahan Sampah dengan Methode Takakura dipilih karena membutuhkan lahan yang
tidak begitu luas, sehingga cocok diterapkan di Tegal Kertha , yang sebagian
besar penduduk yang menempati Perumnas ( RSS),dimana arealnya sangat sempit.
Permasalahan
yang dihadapi dalam pengelolaan sampah Rumah tangga khususnya dalam mengolah
sampah oganik menjadi pupuk kompos dapat
dirumuskan sebagai berikut :
- Belum semua keluarga menjadi anggota Kelompok Keluarga Peduli Lingkungan (KPL),.
- Hasil pengolahan sampah organic menjadi pupuk kompos, belum semuanya dapat terjual sehingga sebagian dipergunakan untuk keperluan sendiri.
- Sarana dan prasarana untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, masih tergantung pada bantuan fihak lain.
Adapun Tujuan penelitian ini
adalah untuk : “ Memperoleh gambaran
tentang pengolahan sampah organic menjadi pupuk kompos oleh KelompoknKeluarga
Peduli lingkungan(KPL) di Desa Tegal Kertha”.
Metodologi
Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dibatasi pada data pimer dan
data skunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari informan dalam
penanganan sampah rumah tangga, dalam hal ini adalah anggota Kelompok Keluarga
Peduli Lingkungan (KPL ),dan aparat Desa Tegal Kertha. Data sekunder yaitu
merupakan rujukan yang akan dipergunakan untuk analisa kajian referensi,
literatur dan standarisasi yang menyangkut tentang pengolahan sampah. Teknik
pengambilan data primer dan data sekunder dilakukan dengan beberapa cara yaitu
; . Wawancara,. Dokumentasi,. Kuesioner
(Pertanyaan),. Observasi
Model analisis yang akan dilakukan adalah Metode Analisis
Deskriptif Kualitatif adalah analisis yang secara cermat mengamati suatu
fenomena tertentu melalui pengumpulan fakta hasil eksplorasi dari wawancara,
kuesioner, dokumentasi, dan observasi disimpulkan untuk menjawab rumusan
masalah yang ada pada penelitian.
Hasil dan
Pembahasan
Pengertian
Kompos
Pengomposan (Composting) adalah sistem pengolahan sampah organic
dengan bantuan mikroorganisme sehingga membentuk pupuk organis (pupuk kompos).
Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat dilakukan dengan berbagai
cara, mulai yang sederhana hingga memerlukan mesin (skala industri atau komersial).
Membuat kompos dapat dilakukan dengan metode aerob dan anaerob. Pada
pengomposan secara aerob, proses dekomposisi bahan baku menjadi kompos akan
berlangsung optimal jika ada oksigen. Sementara pada pengomposan anearob
dekomposisi bahan baku menjadi kompos tidak memerlukan oksigen.
Disisi lain pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru
dari sampah yaitu kompos yang kaya akan unsur hara mikro. Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah adalah menciptakan metode yang ramah
lingkungan dan mudah untuk bisa dilakukan di tingkat kawasan atau rumah tangga,
salah satunya adalah dengan membuat kompos di tingkat rumah tangga atau
kawasan.
Skema
pemilahan sampah.
Gambar 1. Skema pemilahan sampah.
Proses Pengomposan
Dalam proses pengomposan, sampah organik secara alami akan diuraikan
oleh berbagai jenis mikroba atau jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain
sebagainya. Proses peruraian ini memerlukan kondisi yang optimal seperti
kesediaan nutrisi yang memadai, udara yang cukup, kelembaban yang tepat. Makin
cepat prosesnya dan makin tinggi pula mutu komposnya. Diwadah pengomposan atau
komposter, mula-mula sejumlah mikroba aerobik (mikroba yang tidak bisa hidup
jika tidak ada udara), akan menguraikan senyawa kimia rantai panjang yang
dikandungkan sampah, seperti selulosa, karbohidrat, lemak, protein. Menjadi
senyawa yang lebih sederhana, gas karbondioksida dan air. Senyawa-senyawa
sederhana tersebut merupakan makanan yang berlimpah, mikroba tumbuh dan
berkembangbiak secara cepat sehigga jumlahnya berlipat ganda.
Proses Pengomposan di Desa Tegal Kertha dengan Methode Keranjang Takakura. Keranjang sakti Takakura
adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang
menarik dari keranjang Takakura adalah bentuknya yang praktis , bersih dan
tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan di rumah. Keranjang ini di sebut masyarakat
sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik sangat
baik.
Keranjang Takakura di isi stater
¾ dari Berat sampah, kemudian kesehariannya bisa dimasukkan segala jenis
sisa-sisa dari makanan, untuk mendapatkan aroma yang bagus, disarankan atau
lebih baik dicuci terlebih dahulu sebelum memasukkan kekeranjang Takakura.
Bahan Untuk Proses Pengomposan dengan
Methode Takakura ,Bahan Stater : Bekatul (± 4 kg),Sekam (± 1/2 kg, Air gula (± 1/4 kg gula
dididihkan dalam 1 liter air), Ragi tempe (±50 gram), Ragi tape (± 50gram), Air
bersih, (± 2-3 liter/ secukupnya)
Cara
membuat kompos dengan methode Takakura:
Semua bahan-bahan stater dan sampah organic yang sudah dicacah
tersebut dimasukkan keranjang Takakura dan diaduk sampai rata, kemudian diamkan
beberapa hari ( 2 minggu ) supaya timbul proses pemanasan, bila mana perlu
ditutup dengan keset serabut supaya panas yang terjadi didalam keranjang
Takakura tidak menguap keluar. Proses pematangan sampah dengan mengaduk sampai
2 minggu. Sekitar sebulan kompos sudah matang. Kemudian kompos diayak agar
hasilnya halus. Sisa ayakan yang kasar dapat langsung dijadikan stater untuk
pembuatan kompos berikutnya. Kompos dapat langsung dijual ataupun digunakan sendiri.
Gambar
2. Pengomposan dengan Methode Takakura
Adapun skema dalam pembuatan kompos dengan Methode Takakura di
Desa Tegal Kertha adalah sebagai berikut :
Gambar 3.Skema
Proses Pengomposan oleh Keluarga Peduli Lingkungan
Pengomposan
oleh Kelompok Keluarga Peduli Lingkungan (KPL ).
Di Desa Tegal Kertha ,sampah organic yang dipakai untuk kompos
adalah seberat 1/2 Kg x 200 KK x 30 hari = 3.000 kg. Dari sekian sampah itu
dapat menghasilkan kompos sebanyak 1.500 kg. Kompos itu sebagian digunakan
untuk di lingkungan sendiri dimasing-masing rumah tangga, yaitu sebanyak 500 kg
sebagai pupuk untuk tanaman obat ( TOGA ). Dan sebagian lagi sebanyak 1.000
kg dijual, akan menghasilkan pendapatan
Rp.1.500,- x 1.000 kg = Rp. 1.500.000,-. Begitu bermanfaatnya pengomposan
tersebut, perlu ke depannya lebih dikembangkan KPL yang membuat kompos dengan
Methode Takakura tersebut.
Namun yang paling penting adalah adalah
sudah ada kesadaran/ upaya nyata dari
masyarakat untuk mereduksi sampah, sehingga dapat mengurangi beban TPA serta
memperpanjang umur TPA itu sendiri.
Tabel 1
Rekapitulasi Hasil Penjualan Kompos dan Sampah an organic Keluarga Peduli
Lingkungan (KPL ) tahun 2011
No.
|
Tahun
|
Penjualan Kompos (Rp)
|
Penjualan sampah an organic(Rp)
|
keterangan
|
1.
|
2011
|
18.000.000
|
24.000.000,-
|
Digunakan sebagai uang kas keluarga
peduli Lingkungan (KPL)
|
Sumber : Kantor Desa Tegal Kertha
Dari data di atas, bahwa hasil penjualan kompos oleh Kelompok
Keluarga Peduli Lingkungan ( KPL ), adalah rata-rata per bulannya adalah : Rp
1.500.000,- Hasil penjualan sampah an organic adalah rata-rata : 2.000.000,-per
bulannya. Sehingga ada tambahan penghasilan bagi anggota Kelompok Keluarga
peduli Lingkungan per bulan rata-rata :
Rp. 3.500.000,- : 200 orang = Rp.
17.500,-
Kalau dilihat dari segi hasil financial, jumlah tersebut tidak
seberapa. Namun , yang lebih penting adalah bagaimana kita menyadarkan
masyarakat melalui tenaga pengangkut sampah ini, untuk menjaga lingkungan dari
pencemaran ,utamanya dari pencemaran sampah an organic, utamanya sampah
plastic.
Disamping itu , juga untuk membuktikan bahwa sampah bukanlah
semata-mata barang yang tidak berguna, namun bila kita kelola dengan baik dapat
juga bernilai ekonomis.
Manfaat Pengomposan di
Desa Tegal Kertha.
- Aspek ekologi,
Pengomposan juga berarti menghasilkan
sumber daya baru dari sampah yaitu kompos yang kaya akan unsur hara mikro. Pengomposan adalah cara yang alamiah
mengembalikan material organik ke alam dalam bentuk penggembur tanah atau soil
conditioner, sehingga lingkungan
/ekologi dapat terhindar dari pencemaran.
- Aspek sosial budaya,
Proses Pengomposan di Desa Tegal Kertha
dengan Methode Keranjang Takakura adalah
suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang menarik
dari keranjang Takakura adalah bentuknya yang praktis , bersih dan tidak
berbau, sehingga tidak teralu menimbulkan pergesekan sosial dan tidak
mengganggu estetika .
- Aspek ekonomi
Hasil pengolahan
sampah organik menjadi pupuk kompos dengan methode Takakura di desa Tegal Kertha
oleh Keluarga Peduli Lingkungan (KPL), sangat bernilai ekonomis, dimana 1 kg
pupuk kompos dihargai Rp.1.500,-.
Keluarga Peduli Lingkungan di Desa Tegal Kertha ada sebanyak 200
KK, menghasilkan 1.500 kg kompos per bulannya, dan yang dijual sebanyak : 1.000
kg x Rp. 1.500,- = Rp.1.500.000,-. Ini berarti bahwa sampah kalau kita olah
dapat mempunyai nilai ekonomis
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan merujuk pada tujuan penelitian Keluarga
Peduli Lingkungan (KPL) mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos di Desa Tegal Kertha Kecamatan Denpasar Barat
Kota Denpasar , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat di Desa Tegal Kertha adalah Pengomposan oleh Keluarga Peduli Lingkungan (KPL) yaitu mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos dengan Methode Takakura.
- Dampak pengolahan sampah menjadi pupuk kompos dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena hasil pengolahan berupa pupuk kompos dapat dijual dan mendatangkan pendapatan tambahan bagi keluarga tersebut.
Saran.
1.
Pemerintah perlu lebih
banyak mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah rumah tangga berbasis
masyarakat melalui pemilahan sampah organic dan an organik, sehingga masyarakat
lebih mengerti manfaat dari sampah rumah tangga.
2.
Pemerintah Desa Tegal Kertha
melalui Kepala Dusun dapat menghimbau kepada masyarakatnya agar semua KK dapat mengolah
sampah sampah organic menjadi pupuk kompos dengan methode Takakura.
Daftar Pustaka
Anwar
Hadi, 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Aswar,S,1998.Sikap manusia Teori dan Pengukurannya .Liberty,Yogyakarta
Arkunto,S.2002.Prosedur PenelitiASN ,Rineka Cipta,
Jakarta
Dajan
A.1986, Pengantar Metode statistic.LP3
ES ,Jakarta..
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Denpasar,2008.Budaya
Bersih sebagai landasan menuju Denpasar yang BALI ( Bersih,Aman,Lestari dan
Indah ).DKP,Denpasar
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Denpasar,2007.Database
Sarana Kebersihan Kota Denpasar.DKP,Denpasar
Mulyanto,HR,2007.Ilmu Lingkungan.Graha Ilmu. Yogyakarta.
Monografi
Desa Tegal kerta , 2011
Profil
Desa Tegal kerta, 2011
Slamet,Y.1983, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi,Sebelas
maret University Press,Surakarta
Sugandhy
Aca,2007.Prinsip-prinsip dasar
Pembangunan berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.PTBumi Aksara, Jakarta
Undang-Undang
nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar