BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Pedoman Teknis Pengelolaan DAS
terpadu, DAS merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya
terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia
sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di
Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan
penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif
sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun
dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi,
banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam
menunjang sistem kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir
demikian besarnya (Departemen Kehutanan, 2003).
Kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi
dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan pengaturan
kelembagaan (institutional arrangement). Tidak optimalnya kondisi DAS antara
lain disebabkan tidak adanya adanya keterpaduan antar sektor dan antar wilayah
dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS tersebut.
DAS Ketahun sebagai salah satu DAS di
Provinsi Bengkulu merupakan DAS regional yang melintasi tiga wilayah kabupaten
yaitu Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu
Utara. Dari tingkat bahaya erosi DAS ini merupakan DAS urutan prioritas
pertama untuk diperbaiki. Oleh karena meliputi tiga kabupaten tentu masalah
yang dihadapi lebih komplek dan memerlukan pengelolaan yang terpadu antar
wilayah, antar sektor maupun antar kelembagaan.
B.
Rumusan Masalah.
1.
mobilisasi penduduk yang mencari lahan-lahan yang
relatif lebih subur, sehingga banyak masyarakat dari bagian hilir yang
menggarap lahan di kawasan hutan atau pada lahan dengan elevasi yang lebih
tinggi.
2. Kawasan
hutan saat ini sedang mengalami tekanan yang berat dari masyarakat dengan
berbagai kepentingan, konflik batas wilayah hutan, perambahan hutan dan
penebangan liar (illegal logging) masih terus berlangsung.
3.
Setiap
Kabupaten atau Pemerintahan Kota mempunyai program dan kebijakan
sendiri-sendiri terkait dengan pengelolaan sumberdaya daya yang terdapat di
dalam satu kawasan DAS yang sama tanpa melakukan koordinasi.
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini
adalah:
1. Mengetahui
Kondisi lingkungan Daerah Aliran Sungai
Ketahun Propinsi Bengkulu.
2. Mengetahui
Strategi daerah yang mewilayahi Daerah
Aliran Sungai Ketahun untuk mengatasi permasalahan –permasalahan yang timbul
dalam pengelolaan Daerah Aliran sungai Ketahun.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Secara Akademis dapat
digunakan sebagai bahan masukan/ referensi bagi pemerintah untuk membuat
strategi pengelolaan Daerah Aliran sungai Ketahun Propinsi Bengkulu.
2.
Secara praktik dapat memberikan
masukan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan Daerah
Aliran sungai , dan dijadikan model bagi pengelolaan DAS lainnya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. PENGERTIAN DAS .
DAS merupakan
sumberdaya darat yang sangat komplek dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
berbagai peruntukan. Setiap anasir dalam DAS memerlukan cara penanganan yang
berbeda-beda tergantung pada watak, kelakuan dan kegunaan masing-masing.
Sebagai contoh, ketrampilan dan pengetahuan anasir manusia dapat menyuburkan
tanah yang tadinya gersang. Namun karena berlainan kepentingan, maka dapat
terjadi bahwa suatu tindakan yang baik untuk suatu anasir DAS tertentu justru akan merugikan jika
diterapkan pada anasir DAS yang lain. Sebagai contoh, penanaman jalur hijau
untuk melindungi tebing aliran terhadap pengikisan atau longsoran, dapat
mendatangkan kerugian atas pengawetan sumberdaya air karena meningkatkan
transpirasi yang membuang sebagian air yang dialirkan. Hal ini menunjukkan
bahwa perencanaan pemanfaatan DAS harus bersifat komprehensif, yang lebih
mementingkan pengoptimuman kombinasi keluaran (optimization of the combined
output) dari pada pemaksimuman salah satu keluaran saja.
DAS yang mempunyai
gatra ruang (space) atau luas (size), bentuk (form),
ketercapaian (accessibility) dan keterlintasan (trafficability).
Gatra-gatra ini menyangkut nilai ekonomi penggunaan DAS, karena menentukan
tingkat peluang berusaha dalam DAS, nilai hasil usaha dan kedudukan nisbi DAS
selaku sumberdaya dibanding dengan DAS yang lain. Gatra-gatra ruang, bentuk,
ketercapaian dan keterlintasan bersama-sama dengan harkat anasir-anasir DAS
yang telah disebutkan di atas, menentukan kedudukan DAS dalam urutan prioritas
pengembangan,. Keunikan dan keberagaman DAS menimbulkan berbagai pertimbangan
dalam penggunaan alternatif menurut kepentingan yang berubah sejalan dengan
perkembangan kebutuhan dan keinginan.
Macam dan jumlah
kebutuhan serta keinginan merupakan fungsi waktu dan tempat. Maka dari itu
pengertian tentang makna waktu dan tempat sangat menentukan ketepatan
perencanaan tataguna DAS. Tanpa perencanaan tataguna yang memadai, penggunaan
DAS dapat menjurus ke arah persaingan antar berbagai kepentingan, yang akhirnya
hanya akan saling merugikan, dan pada gilirannya akan menimbulkan degradasi
sumberdaya DAS yang tidak terkendalikan.
B.
DASAR-DASAR PENGELOLAAN DAS
Pengelolaan
DAS biasanya mengacu pada pengelolaan dua anasirnya (component) yang
dianggap terpenting, yaitu sumberdaya tanah dan air. Adapun anasir yang lain,
seperti iklim, vegetasi, relief dan manusia, diperlukan sebagai faktor-faktor
dalam pengelolaan.
Maksud
pengelolaan DAS ialah mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS
sesuai dengan kemampuanya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka
ragam dan yang berkembang menurut waktu. Dalam ungkapan “sesuai dengan
kemampuannya” tersirat pengertian selaras dan
lestari. Ungkapan “manfaat lengkap” dan “kebutuhan masyarakat yang
beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu” mengisyaratkan bahwa (1)
hasil keluaran DAS tidak boleh hanya bermacam tunggal, akan tetapi harus
terdiri atas berbagai hasil keluaran yang berkombinasi secara optimum, dan (2)
rencana pengelolaan harus bersifat lentur (flexible) yang berisi
sejumlah alternatif.
C.
DATA DASAR YANG DIPERLUKAN DALAM PENGELOLAAN DAS
Data
dasar untuk pengelolaan DAS terdiri atas ciri dan mutu semua anasir atau gatra
DAS yang penting dalam menentukan kemampuan (capability) DAS. Macam data
yang sekurang-kurangnya harus dikumpulkan ialah:
(1)
Neraca
air makro (menurut iklim) dan neraca mikro (atau neraca lengas tanah menurut
hidrologi lahan).
(2)
Erosivitas
hujan dan erodibilitas tanah, untuk daerah-daerah beriklim kering, erosivitas
hujan diganti dengan erosivitas angin.
(3)
Keadaan
iklim hayati, yang mencakup agihannya menurut tinggi tempat dan kedudukan
topografi.
(4)
Proses
fluvial dalam geomorfologi (erosi, sedimentasi, hidrolika sungai, pembentukan
delta, dataran banjir, dataran interfluvial, dataran estuarin, bentukan
morfologi destruktif, seperti lembah, peneplain, morfologi karst, dsb).
(5)
Kemampuan
lahan untuk pertanian, baik produktivitas maupun potensialitasnya.
(6)
Tataguna
lahan kini dan produktivitasnya, termasuk tataguna sumberdaya air kini.
(7)
Ketercapaian
wilayah dan keterlintasan.
(8)
Kerapatan
dan distribusi penduduk, laju pertambahan penduduk, mata pencaharian, kemampuan
usaha, tingkat pendapatan dan kekayaan keluarga, tingkat kesehatan, dan
mobilitas penduduk.
(9)
Rata-rata
dan distribusi luas lahan milik atau garapan dan tingkat penerapan teknologi.
Dari analisa dan
penilaian data dasar akan diperoleh pengetahuan, kesimpulan atau petunjuk
tentang :
(1)
Tingkat
peluang dan prospek pengembangan.
(2)
Beberapa
alternatif arah dan bentuk pengembangan, termasuk pertimbangan kerjasama dengan
DAS tetangga dengan maksud saling mengisi.
(3)
Macam
dan jumlah masukan yang diperlukan.
(4)
Prioritas
penanganan segi-segi persoalan, baik untuk menyiapkan keadaan dan suasana yang
serasi bagi memulakan (start) pembangunan yang sebenarnya, maupun untuk
pentahapan pembangunan secara bernalar menurut tempat dan waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN
a.
Analisis Situasi dan Waktu
Lokasi Penelitian dalam penulisan
paper ini adalah Daerah Aliran Sungai Ketahun Propinsi Bengkulu.
b. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah Daerah Aliran Sungai
Ketahun yang meliputi tiga Kabupaten, yaitu ; Kabupaten Lebong, Kabupaten
Rejang Lebong dan Bengkulu Utara.
C. Instrumen Penelitian.
Dalam penulisan paper ini, sebagai sumber data adalah data
sekunder yang diambil dengan mengunduh
dari internet..
D. Jenis dan Bentuk Data
Jenis data yang
dikumpulkan adalah data skunder, baik dalam
bentuk laporan, catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang
merupakan dokumen resmi yang relavan dalam penulisan paper ini.
E. Analisis Data
Model analisis
yang akan dilakukan adalah Metode Analisis Deskriptif Kualitatif adalah
analisis yang secara cermat mengamati suatu fenomena tertentu melalui
pengumpulan fakta hasil eksplorasi dari data sekunder untuk menjawab rumusan
masalah yang ada pada penulisan paper ini.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1.
Karakteristik DAS Ketahun
Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
di Provinsi Bengkulu memiliki karakteristik yang berbeda dengan
bentuk-bentuk DAS di Provinsi lain. Karakteristik DAS di Provinsi Bengkulu adalah jarak antara hulu dan hilir
relatif pendek serta lebar tiap DAS relatif sempit. Bagian hulu DAS- ini
umumnya berada pada pegunungan Bukit Barisan, sedangkan hilirnya pada umumnya
langsung ke Samudera Indonesia .
DAS Ketahun adalah salah satu DAS
dari 57 DAS yang ada di Provinsi Bengkulu dengan luas total 240.093 ha. DAS
Ketahun merupakan DAS regional yaitu DAS yang melintasi lebih dari satu
kabupaten/kota, dengan rincian luas bagian DAS yang berada di wilayah Kabupaten
Lebong adalah 118.905 ha, di Kabupaten Rejang Lebong seluas 4.348 ha dan di
wilayah Kabupaten Bengkulu Utara seluas 116.839 ha.
Tabel 1.
Luas DAS Ketahun
No
|
Tahun
|
DAS
|
Luas (Ha)
|
|
1.
|
2009
|
Ketahun
|
240,544.72
|
|
2.
|
2010
|
Ketahun
|
240.210
|
|
3
|
2011
|
Ketahun
|
240.093
|
|
Sumber : BPDAS Ketahun, 2011
Bagian Hulu DAS ini berada di Kabupaten Lebong dan memiliki topografi
yang curam. Luas Kabupaten Lebong adalah 192.924 ha, yang terdiri dari
kawasan hutan seluas 134.832 ha (70%) dan arahan penggunaan lain seluas 58.092
ha (30%). Kawasan hutan yang berada pada wilayah ini adalah Taman
Nasional Kerinci Seblat; Cagar Alam (CA) Danau Tes, Danau Menghijau; Hutan
Lindung (HL) Rimbo Donok dan Bukit Daun (BPDAS Ketahun, 2011).
Bagian hilir DAS Ketahun berada di
Kabupaten Bengkulu Utara. Kabupaten ini mempunyai luas 554.854 ha yang
terdiri dari kawasan hutan seluas 223.309 ha (40,24%) dan arahan penggunaan
lain seluas 331.545 ha (59,82%). Kawasan hutan yang berada di Kabupaten
ini adalah Taman Nasional Kerinci Seblat; Cagar Alam Kioyo 1 dan 2, Tanjung
Laksaha, Sungai Bahewo, Taba Penanjung I, Taba Penanjung II, Teluk Klowe; Taman
Buru Gunung Nanu’ua; Taman Wisata Alam Air Hitam; Taman Hutan Raya Raja Lelo;
Hutan Lindung Bukit Daun, Koko Buwa-buwa; Hutan Produksi Tetap Air Bintunan,
Air Urai-Air Serangai; Hutan Produksi Terbatas Lebong Kandis, Air Ketahun, Hulu
Malakoni (BPDAS Ketahun, 2011).
2. Topografi Wilayah
Topografi wilayah Propinsi Bengkulu
di Pulau Sumatera (mainland) terdiri atas jalur dataran rendah yang
tidak begitu lebar dan membentang dari ujung utara sampai ujung selatan,
kemudian disusul oleh jalur dataran tinggi yang merupakan bagian dari
Pegunungan Bukit Barisan. Bentuk
wilayah relatif memanjang sejajar garis pantai, dengan panjang garis pantai
tersebut sekitar 525 km. Sementara lebar daratan dari garis pantai bervariasi,
dari yang tersempit sekitar 32,5 km (di sekitar perbatasan Kabupaten Seluma dan
Kabupaten Bengkulu Selatan) dan yang terlebar adalah sekitar 102 km (yaitu
jarak dari pantai sampai perbatasan Kecamatan Kota Padang Kabupaten Rejang
Lebong dengan Propinsi Sumatera Selatan).
Tabel 2. Luas DAS Ketahun berdasarkan kemiringan
lereng
No
|
Kelas
|
Kemiringan Lereng
(%)
|
Luas
(Ha)
|
Prosentase
(%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
|
< 8
8 – 15
16 – 25
26 – 40
> 40
|
7.847
29.801
-
183.589
18.856
|
3,27
12,41
-
76,47
7,85
|
|
JUMLAH
|
|
240.093
|
100,00
|
Sumber
: BPDAS Ketahun, 2011.
3.
Jenis Tanah
Luas
DAS Ketahun berdasarkan jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Luas
DAS Ketahun Berdasarkan Jenis Tanah
No.
|
Jenis
Tanah
|
Luas
(Ha)
|
Prosentase
(%)
|
1.
|
Dystrandepts
|
7.537
|
3,14
|
2.
|
Dystropepts
|
148.270
|
61,76
|
3.
|
Hapludult
|
5.125
|
2,13
|
4.
|
Hapludults
|
6.178
|
2,57
|
5.
|
Tropaquepts
|
5.493
|
2,29
|
6.
|
Tropofluvents
|
1.068
|
0,44
|
7.
|
Troporthents
|
18.855
|
7,85
|
8.
|
Tropodults
|
47.567
|
19,81
|
|
Jumlah
|
240.093
|
100,00
|
Sumber
: BPDAS Ketahun, 2011.
Dari
ke-8 jenis tanah tersebut, pada umumnya merupakan jenis tanah yang agak peka
sampai sangat peka terhadap erosi. Sehubungan dengan itu, maka selayaknya
pemanfaatan lahan atau ruang diatas permukaannya merupakan vegetasi penutup
tanah yang memiliki perakaran kuat dan jangan sampai menjadi lahan terbuka atau
lahan gundul. Vegetasi penutup tanah dimaksud terdapat baik pada kawasan
lindung (berupa hutan) maupun pada kawasan budidaya (terutama berupa perkebunan
ataupun pertanian lahan kering lainnya).
4
Iklim dan Curah Hujan
Rata-rata jumlah curah hujan adalah antara 3.000 sampai
4.000 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata 130 – 200 hari/tahun. Hari hujan pada tahun 2005 rata-rata mencapai 21 hari
hujan per bulan. Hari hujan di
atas rata-rata terjadi pada bulan Oktober – Desember berkisar antara 25-27
hari. Dibandingkan dengan tahun 2004 rata-rata hari hujan tahun 2005
relatif lebih tinggi. Curah hujan pada tahun 2005 mencapai 317 mm. Curah
hujan di atas rata-rata terjadi pada bulan Mei, Juni, Agustus dan Oktober –
Desember berkisar antara 327-639 mm. Dibandingkan tahun 2004, curah hujan
tahun 2005 jauh lebih tinggi.
5. Fungsi Kawasan
dan Kondisi Penutupan Lahan
Luas DAS berdasarkan fungsi kawasan
terdiri atas kawasan Suaka Alam seluas 136.806 ha (56,98%) dan arahan
penggunaan lain seluas 103.287 ha (43,02%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 5. Luas DAS Ketahun berdasarkan Fungsi Kawasan
No.
|
Fungsi
Kawasan
|
Luas
(Ha)
|
Prosentase
(%)
|
A.1.
|
Kawasan Suaka
Alam
|
102.596
|
42,73
|
2.
|
Hutan Lindung
|
12.020
|
5,01
|
3.
|
Hutan Produksi
Tetap
|
-
|
-
|
4.
|
Hutan Produksi
Terbatas
|
22.190
|
9,24
|
|
Jumlah A
|
136.806
|
56,98
|
B.1.
|
Arahan
Penggunaan Lain
|
103.287
|
43,02
|
|
Jumlah B
|
103.287
|
43,02
|
|
Jumlah A + B
|
240.093
|
100,00
|
Sumber
: BPDAS Ketahun, 2011.
Tabel 6 Luas DAS Ketahun berdasarkan Jenis
Penutupan Lahan
No.
|
Jenis
Penutupan Lahan
|
Luas
(Ha)
|
Prosentase
(%)
|
1.
|
Hutan Lahan
Kering Primer
|
71.301
|
29,70
|
2.
|
Hutan Lahan
Kering Sekunder
|
52.613
|
21,91
|
3.
|
Hutan Mangrove
Sekunder
|
56
|
0,02
|
4.
|
Hutan Tanaman
|
11
|
0,00
|
5.
|
Pemukiman
|
340
|
0,14
|
6.
|
Perkebunan
|
1.511
|
0,63
|
7.
|
Pertanian
Lahan Kering Campur
|
97.577
|
40,64
|
8.
|
Sawah
|
7.179
|
2,99
|
9.
|
Semak/Belukar
|
8.800
|
3,67
|
10.
|
Tanah Terbuka
|
109
|
0,05
|
11.
|
Tubuh Air
|
596
|
0,25
|
|
Jumlah
|
240.093
|
100,00
|
Sumber
: BPDAS Ketahun, 2011.
B.
Pembahasan.
1.
Strategi pengelolaan DAS Ketahun .
Kemiskinan dianggap sebagai salah satu
penyebab kemerosotan lingkungan. Kualitas sumber daya manusia yang rendah
pada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan akan mempengaruhi
kemampuan dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Pada
aspek lain rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat juga sangat mempengaruhi
kualitas lingkungan hidup. Pengelolaan
sumber daya alam masih belum berkelanjutan dan masih mengabaikan kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Kegiatan yang bertujuan untuk peningkatan
produksi pertanian semata berupa penggunaan input produksi seperti pupuk dan
pestisida yang berlebihan dan mengabaikan kelestarian lingkungan menyebabkan
terjadinyan pencemaran dan ketidakseimbangan sistem lingkungan secara
keseluruhan dalam menopang kehidupan manusia. Hal ini lebih diperparah dengan
penegakan hukum yang masih lemah, diskriminatif dan kurangnya pemahaman
masyarakat tentang fungsi kawasan.
Menurut
Rencana Strategi (Renstra) Provinsi Bengkulu (Bappeda, 2004), kebijakan
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam sesuai dengan kemampuan daya dukung
lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
konservasi, dilaksanakan melalui program peningkatan efisiensi SDA dan
lingkungan hidup dengan beberapa kegiatan antara lain :
1.
Peningkatan pemanfaatan dan pemantapan kawasan hutan.
2.
Peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan.
3.
Pengembangan wisata hutan.
4. Pembinaan dan
pengelolaan keanekaragaman hayati.
2. Aspek –Aspek Pengelolaan DAS Ketahun .:
a.
Penguatan Koordinasi dan Kapasitas
Kelembagaan
Pengelolaan DAS yang melintasi beberapa
wilayah administrasi yang berbeda memerlukan koordinasi dan keterpaduan
kebijakan pengelolaan dari hulu-hilir, sehingga kebijakan yang dilaksanakan
tidak bersifat ego sektoral dan ego wilayah masing-masing-masing. Pengelolaan
DAS harus secara menyeluruh dengan memperhatikan DAS sebagai unit analisis dan
bukan batasan wilayah administrasi. Demikian juga dengan koordinasi antar
sektor terkait hulu dan hilir, sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak
berjalan sendiri-sendiri.
b. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berkelanjutan
Dari data karakteristik DAS Ketahun
jenis penutupan lahan yang paling dominan adalah pertanian lahan kering campur
seluas 97.577 ha atau 40,64% dari luas seluruh DAS dan dari rekapan luas lahan
kritis di DAS Ketahun, kawasan lindung di luar kawasan hutan menempati urutan
teratas yaitu seluas 54.495 ha atau 67,85% dari total luas lahan kritis (80.312
ha). Dari data tersebut strategi yang dilakukan adalah :
1). Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
a). Penerapan Usaha Tani
Konservasi
Usaha
tani konservasi adalah usaha tani yang disertai dengan penerapan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air yang lebih menekankan pada pola pengaturan pertanaman,
tanpa banyak melibatkan pembuatan struktur bangunan pengendali erosi.
b). Pembangunan Teras Bangku
Berdasarkan topografi kelerengan
DAS Ketahun termasuk curam hingga sangat curam, karena bagian hulu dari DAS
berada pada pegunungan oleh sebab itu harus diperhatikan teknik-teknik konservasinya.
Pembangunan teras bangku terutama dilakukan pada lahan-lahan budidaya pertanian
tanaman semusim maupun tanaman perkebunan yang memiliki kemiringan lahan antara
25-45 % (curam-sangat curam)..
2).
Penerapan sistim Agroforestry
Agroforestry adalah suatu sistem
pertanaman campuran antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan berkayu
(pohon), dalam suatu tapak yang sama dan dapat dikombinasikan dengan kegiatan
peternakan atau perikanan. Sistim agroforestry pada hakekatnya dapat diterapkan
dimana saja, namun lebih baik bila diterapkan pada lahan yang mempunyai
kelerengan > 45%.
3).Reboisasi
dan Penghijauan
Reboisasi adalah
penanaman pohon-pohon hutan pada lahan hutan. Reboisasi akan berhasil dengan
baik apabila pemerintah dapat memberikan lapangan pekerjaan atau lahan usaha
lain bagi perambah hutan.
4). Pemberdayaan
dan Peningkatan Partisipasi Masyarakat
. Pada
pemberdayaan masyarakat perlu diperhatikan lima unsur pemberdayaan masyarakat
dalam implementasinya, yaitu :
a.
Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan tujuan utama adalah memberikan alternatif usaha
yang secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi ramah terhadap lingkungan.
b.
Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengelola dan melestarikan sumberdaya.
c.
Memberikan
akses kepada masyarakat seperti akses terhadap harga dan pasar, akses terhadap
pengawasan, penegakan dan perlindungan hukum serta akses terhadap sarana dan
prasarana pendukung lainnya.
d.
Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
arti dan nilai sumberdaya/ekosistem sehingga pelestariannya sangat diperlukan.
e.
Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam menjaga, mengelola dan melestarikan sumberdaya.
f.
Dalam setiap upaya pemberdayaan
harus dipandang sebagai sebuah pemacu untuk menggerakkan kegiatan ekonomi
rakyat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
Pengelolaan
DAS yang melintasi beberapa wilayah administrasi yang berbeda memerlukan
koordinasi dan keterpaduan kebijakan pengelolaan dari hulu-hilir. Pengelolaan
DAS harus secara menyeluruh dengan memperhatikan DAS sebagai unit analisis dan
bukan batasan wilayah administrasi.
2.
Pengelolaan
DAS secara terpadu hulu-hilir dapat dilaksanakan melalui beberapa aspek yaitu
penguatan koordinasi dan kapasitas kelembagaan, pengelolaan sumberdaya alam
yang berkelanjutan dan pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat
dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan DAS.
B. Saran
Perlunya
pembuatan atau perencanaan dalam pengelolaan DAS Ketahun yang terpadu karena
melintasi tiga kabupaten yaitu : Kabupaten Lebong, Rejang Lebong dan Bengkulu
Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Akar,
2007. Membangun Inisiatif Lokal Dalam Perencanaan Pengelolaan Hulu Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ketahun. Melalui akarfoundation.wordpress.com
/2007/07/11/pengelolaan-kawasan.
Asdak,
2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Asdak, 2007. Pemanfaatan Ruang Dalam Konteks Antar
Sektor, Antar Lembaga dan Antar Wilayah. Makalah untuk Workshop
Peningkatan Kapasitas Perencanaan Tata Ruang Bagi Aparat Pemerintah Daerah,
Medan 14-15 Maret 2007.
BPDAS Ketahun,
2008. Pembalakan Liar di Bengkulu Utara Kian Marak. Melalui http://www,bpdas-ketahun.net.
BPS Bengkulu. 2011. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Bengkulu.
Departemen Kehutanan, 2003. Pedoman Teknis
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Melalui http://www.dephut.go.id/informasi/undang2/skmenhut/.
Kementrian Lingkungan Hidup . 1997. Ringkasan Agenda
21 Indonesia : Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 300 Hal.
Napitu.
J.P., 2008. Pengaruh Alih Guna Lahan Terhadap Kerusakan DAS Musi.
Melalui forestindonesia.wordpress.com/2008/01/10/hubungan-alih-guna-lahan-terhadap-kerusakan-das-musi/
alih fungsi lahan.
Slamet, B., 2008. Pelestarian Sungai Deli Melalui
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Terpadu.
Syam,
A., 2003. Sistem Pengelolaan Lahan Kering di Daerah Aliran Sungai Bagian
Hulu.
GLOSARIUM :
- DAS = Daerah Aliran Sungai
Lampiran 1. Riwayat
Hidup Penulis
Riwayat
Hidup Penulis
Nama
: I Nyoman Artayasa, lahir di Tabanan tanggal 20 September 1966. Menamatkan
Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Denpasar pada tahun 1985. Kemudian
melanjutkan pendidikan pada Sekolah Kepamongprajaan, Akademi Pemerintahan Dalam
Negeri ( APDN) Mataram, dan tamat tahun
1989. Tahun 1992 menamatkan pendidikan S1 pada STISPOL Wira bhakti Denpasar.
Pengalaman kerja peneliti, semasa masih kuliah di APDN dengan status ikatan
dinas sudah diangkat menjadi PNS tahun 1986. Setelah tamat tahun 1989
ditugaskan pada Pemda Kabupaten Gianyar. Sebelum dipindahkan menjadi Kepala
Bidang Mobilitas Kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Denpasar dari tahun 2011, sebelumnya pernah menjabat sebagai Lurah Abianbase
Gianyar, Lurah Bitera Gianyar, Sekretaris Camat Payangan Gianyar, Kepala Seksi
Penyuluhan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar dan Sekretaris Camat
Denpasar Utara . Kemudian pada tahun 2011 peneliti mengikuti kuliah di Program
Studi Magister P2 WL Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar