Rabu, 05 September 2012

paper DAS Ketahun


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
       Menurut Pedoman Teknis Pengelolaan DAS terpadu, DAS merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam menunjang sistem kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya (Departemen Kehutanan, 2003).
     Kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement). Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya keterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS tersebut.
     DAS Ketahun sebagai salah satu DAS di Provinsi Bengkulu merupakan DAS regional yang melintasi tiga wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara.  Dari tingkat bahaya erosi DAS ini merupakan DAS urutan prioritas pertama untuk diperbaiki. Oleh karena meliputi tiga kabupaten tentu masalah yang dihadapi lebih komplek dan memerlukan pengelolaan yang terpadu antar wilayah, antar sektor maupun antar kelembagaan.





B.     Rumusan Masalah.
1.      mobilisasi penduduk yang mencari lahan-lahan yang relatif lebih subur, sehingga banyak masyarakat dari bagian hilir yang menggarap lahan di kawasan hutan atau pada lahan dengan elevasi yang lebih tinggi. 
2.      Kawasan hutan saat ini sedang mengalami tekanan yang berat dari masyarakat dengan berbagai kepentingan, konflik batas wilayah hutan, perambahan hutan dan penebangan liar (illegal logging) masih terus berlangsung. 
3.      Setiap Kabupaten atau Pemerintahan Kota mempunyai program dan kebijakan sendiri-sendiri terkait dengan pengelolaan sumberdaya daya yang terdapat di dalam satu kawasan DAS yang sama tanpa melakukan koordinasi.

C. Tujuan Penelitian
        Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1.      Mengetahui Kondisi lingkungan  Daerah Aliran Sungai Ketahun Propinsi Bengkulu.
2.      Mengetahui Strategi  daerah yang mewilayahi Daerah Aliran Sungai Ketahun untuk mengatasi permasalahan –permasalahan yang timbul dalam pengelolaan Daerah Aliran sungai Ketahun.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Secara Akademis dapat digunakan sebagai bahan masukan/ referensi bagi pemerintah untuk membuat strategi pengelolaan Daerah Aliran sungai Ketahun Propinsi Bengkulu.
2.      Secara praktik dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan Daerah Aliran sungai , dan dijadikan model bagi pengelolaan DAS lainnya.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    PENGERTIAN DAS .
DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat komplek dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan. Setiap anasir dalam DAS memerlukan cara penanganan yang berbeda-beda tergantung pada watak, kelakuan dan kegunaan masing-masing. Sebagai contoh, ketrampilan dan pengetahuan anasir manusia dapat menyuburkan tanah yang tadinya gersang. Namun karena berlainan kepentingan, maka dapat terjadi bahwa suatu tindakan yang baik untuk suatu anasir DAS  tertentu justru akan merugikan jika diterapkan pada anasir DAS yang lain. Sebagai contoh, penanaman jalur hijau untuk melindungi tebing aliran terhadap pengikisan atau longsoran, dapat mendatangkan kerugian atas pengawetan sumberdaya air karena meningkatkan transpirasi yang membuang sebagian air yang dialirkan. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pemanfaatan DAS harus bersifat komprehensif, yang lebih mementingkan pengoptimuman kombinasi keluaran (optimization of the combined output) dari pada pemaksimuman salah satu keluaran saja.
DAS yang mempunyai gatra ruang (space) atau luas (size), bentuk (form), ketercapaian (accessibility) dan keterlintasan (trafficability). Gatra-gatra ini menyangkut nilai ekonomi penggunaan DAS, karena menentukan tingkat peluang berusaha dalam DAS, nilai hasil usaha dan kedudukan nisbi DAS selaku sumberdaya dibanding dengan DAS yang lain. Gatra-gatra ruang, bentuk, ketercapaian dan keterlintasan bersama-sama dengan harkat anasir-anasir DAS yang telah disebutkan di atas, menentukan kedudukan DAS dalam urutan prioritas pengembangan,. Keunikan dan keberagaman DAS menimbulkan berbagai pertimbangan dalam penggunaan alternatif menurut kepentingan yang berubah sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan keinginan.

Macam dan jumlah kebutuhan serta keinginan merupakan fungsi waktu dan tempat. Maka dari itu pengertian tentang makna waktu dan tempat sangat menentukan ketepatan perencanaan tataguna DAS. Tanpa perencanaan tataguna yang memadai, penggunaan DAS dapat menjurus ke arah persaingan antar berbagai kepentingan, yang akhirnya hanya akan saling merugikan, dan pada gilirannya akan menimbulkan degradasi sumberdaya DAS yang tidak terkendalikan.
B.     DASAR-DASAR PENGELOLAAN DAS
Pengelolaan DAS biasanya mengacu pada pengelolaan dua anasirnya (component) yang dianggap terpenting, yaitu sumberdaya tanah dan air. Adapun anasir yang lain, seperti iklim, vegetasi, relief dan manusia, diperlukan sebagai faktor-faktor dalam pengelolaan.
Maksud pengelolaan DAS ialah mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS sesuai dengan kemampuanya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu. Dalam ungkapan “sesuai dengan kemampuannya” tersirat pengertian selaras dan  lestari. Ungkapan “manfaat lengkap” dan “kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu” mengisyaratkan bahwa (1) hasil keluaran DAS tidak boleh hanya bermacam tunggal, akan tetapi harus terdiri atas berbagai hasil keluaran yang berkombinasi secara optimum, dan (2) rencana pengelolaan harus bersifat lentur (flexible) yang berisi sejumlah alternatif.
C. DATA DASAR YANG DIPERLUKAN DALAM PENGELOLAAN DAS
Data dasar untuk pengelolaan DAS terdiri atas ciri dan mutu semua anasir atau gatra DAS yang penting dalam menentukan kemampuan (capability) DAS. Macam data yang sekurang-kurangnya harus dikumpulkan ialah:
(1)     Neraca air makro (menurut iklim) dan neraca mikro (atau neraca lengas tanah menurut hidrologi lahan).
(2)     Erosivitas hujan dan erodibilitas tanah, untuk daerah-daerah beriklim kering, erosivitas hujan diganti dengan erosivitas angin.
(3)     Keadaan iklim hayati, yang mencakup agihannya menurut tinggi tempat dan kedudukan topografi.
(4)     Proses fluvial dalam geomorfologi (erosi, sedimentasi, hidrolika sungai, pembentukan delta, dataran banjir, dataran interfluvial, dataran estuarin, bentukan morfologi destruktif, seperti lembah, peneplain, morfologi karst, dsb).
(5)     Kemampuan lahan untuk pertanian, baik produktivitas maupun potensialitasnya.
(6)     Tataguna lahan kini dan produktivitasnya, termasuk tataguna sumberdaya air kini.
(7)     Ketercapaian wilayah dan keterlintasan.
(8)     Kerapatan dan distribusi penduduk, laju pertambahan penduduk, mata pencaharian, kemampuan usaha, tingkat pendapatan dan kekayaan keluarga, tingkat kesehatan, dan mobilitas penduduk.
(9)     Rata-rata dan distribusi luas lahan milik atau garapan dan tingkat penerapan teknologi.
Dari analisa dan penilaian data dasar akan diperoleh pengetahuan, kesimpulan atau petunjuk tentang :
(1)   Tingkat peluang dan prospek pengembangan.
(2)   Beberapa alternatif arah dan bentuk pengembangan, termasuk pertimbangan kerjasama dengan DAS tetangga dengan maksud saling mengisi.
(3)   Macam dan jumlah masukan yang diperlukan.
(4)   Prioritas penanganan segi-segi persoalan, baik untuk menyiapkan keadaan dan suasana yang serasi bagi memulakan (start) pembangunan yang sebenarnya, maupun untuk pentahapan pembangunan secara bernalar menurut tempat dan waktu.



BAB III
METODE PENELITIAN

a.      Analisis Situasi dan Waktu
           Lokasi Penelitian dalam penulisan paper ini adalah Daerah Aliran Sungai Ketahun Propinsi Bengkulu.

b.       Populasi dan Sampel
   Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah Daerah Aliran Sungai Ketahun yang meliputi tiga Kabupaten, yaitu ; Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Utara.
          
C.  Instrumen Penelitian.
             Dalam penulisan paper ini, sebagai sumber data adalah data sekunder  yang diambil dengan mengunduh dari internet..

D. Jenis dan Bentuk Data
           Jenis data yang dikumpulkan adalah data  skunder, baik dalam bentuk laporan, catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relavan dalam penulisan paper ini.

E. Analisis Data
           Model analisis yang akan dilakukan adalah Metode Analisis Deskriptif Kualitatif adalah analisis yang secara cermat mengamati suatu fenomena tertentu melalui pengumpulan fakta hasil eksplorasi dari data sekunder untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada penulisan paper ini.






BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil penelitian
1.  Karakteristik DAS Ketahun
            Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Bengkulu memiliki karakteristik yang berbeda dengan bentuk-bentuk DAS di Provinsi lain. Karakteristik DAS di Provinsi Bengkulu adalah jarak antara hulu dan hilir relatif pendek serta lebar tiap DAS relatif sempit.  Bagian hulu DAS- ini umumnya berada pada pegunungan Bukit Barisan, sedangkan hilirnya pada umumnya langsung ke Samudera Indonesia .
          DAS Ketahun adalah salah satu DAS dari 57 DAS yang ada di Provinsi Bengkulu dengan luas total 240.093 ha. DAS Ketahun merupakan DAS regional yaitu DAS yang melintasi lebih dari satu kabupaten/kota, dengan rincian luas bagian DAS yang berada di wilayah Kabupaten Lebong adalah 118.905 ha, di Kabupaten Rejang Lebong seluas 4.348 ha dan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara seluas 116.839 ha.
Tabel 1. Luas DAS Ketahun
No
Tahun
DAS
Luas (Ha)
   1.
                    2009
Ketahun

240,544.72
2.
2010
Ketahun
240.210
3
2011
Ketahun
240.093






Sumber : BPDAS Ketahun, 2011



            Bagian Hulu DAS ini berada di Kabupaten Lebong dan memiliki topografi yang curam.  Luas Kabupaten Lebong adalah 192.924 ha, yang terdiri dari kawasan hutan seluas 134.832 ha (70%) dan arahan penggunaan lain seluas 58.092 ha (30%).  Kawasan hutan yang berada pada wilayah ini adalah Taman Nasional Kerinci Seblat; Cagar Alam (CA) Danau Tes, Danau Menghijau; Hutan Lindung (HL) Rimbo Donok dan Bukit Daun (BPDAS Ketahun, 2011).
           Bagian hilir DAS Ketahun berada di Kabupaten Bengkulu Utara.  Kabupaten ini mempunyai luas 554.854 ha yang terdiri dari kawasan hutan seluas 223.309 ha (40,24%) dan arahan penggunaan lain seluas 331.545 ha (59,82%).          Kawasan hutan yang berada di Kabupaten ini adalah Taman Nasional Kerinci Seblat; Cagar Alam Kioyo 1 dan 2, Tanjung Laksaha, Sungai Bahewo, Taba Penanjung I, Taba Penanjung II, Teluk Klowe; Taman Buru Gunung Nanu’ua; Taman Wisata Alam Air Hitam; Taman Hutan Raya Raja Lelo; Hutan Lindung Bukit Daun, Koko Buwa-buwa; Hutan Produksi Tetap Air Bintunan, Air Urai-Air Serangai; Hutan Produksi Terbatas Lebong Kandis, Air Ketahun, Hulu Malakoni (BPDAS Ketahun, 2011).

     2.  Topografi  Wilayah
           Topografi wilayah Propinsi Bengkulu di Pulau Sumatera (mainland) terdiri atas jalur dataran rendah yang tidak begitu lebar dan membentang dari ujung utara sampai ujung selatan, kemudian disusul oleh jalur dataran tinggi yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Bentuk wilayah relatif memanjang sejajar garis pantai, dengan panjang garis pantai tersebut sekitar 525 km. Sementara lebar daratan dari garis pantai bervariasi, dari yang tersempit sekitar 32,5 km (di sekitar perbatasan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan) dan yang terlebar adalah sekitar 102 km (yaitu jarak dari pantai sampai perbatasan Kecamatan Kota Padang Kabupaten Rejang Lebong dengan Propinsi Sumatera Selatan).


 Tabel 2. Luas DAS Ketahun berdasarkan kemiringan lereng
No
Kelas
Kemiringan Lereng
(%)
Luas
(Ha)
Prosentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
 < 8
8 – 15
16 – 25
26 – 40
> 40
7.847
29.801
-
183.589
18.856
3,27
12,41
-
76,47
7,85

JUMLAH

240.093
100,00
Sumber : BPDAS Ketahun, 2011.
   3.   Jenis Tanah
         Luas DAS Ketahun berdasarkan jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Luas DAS Ketahun Berdasarkan Jenis Tanah
No.
Jenis Tanah
Luas
(Ha)
Prosentase
(%)
1.
Dystrandepts
7.537
3,14
2.
Dystropepts
148.270
61,76
3.
Hapludult
5.125
2,13
4.
Hapludults
6.178
2,57
5.
Tropaquepts
5.493
2,29
6.
Tropofluvents
1.068
0,44
7.
Troporthents
18.855
7,85
8.
Tropodults
47.567
19,81

Jumlah
240.093
100,00
Sumber : BPDAS Ketahun, 2011. 
         Dari ke-8 jenis tanah tersebut, pada umumnya merupakan jenis tanah yang agak peka sampai sangat peka terhadap erosi. Sehubungan dengan itu, maka selayaknya pemanfaatan lahan atau ruang diatas permukaannya merupakan vegetasi penutup tanah yang memiliki perakaran kuat dan jangan sampai menjadi lahan terbuka atau lahan gundul. Vegetasi penutup tanah dimaksud terdapat baik pada kawasan lindung (berupa hutan) maupun pada kawasan budidaya (terutama berupa perkebunan ataupun pertanian lahan kering lainnya).
   4     Iklim dan Curah Hujan
           Tipe iklim berdasarkan klasifiksi Schmid-Ferguson secara umum termasuk tipe A dengan bulan basah sepanjang tahun, kecuali disebelah Selatan Kabupaten Rejang Lebong termasuk type B.  Keadaan iklim berdasarkan unsur iklim seperti pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Keadaan Iklim Berdasarkan Unsur Iklim
Unsur Iklim
Maksimum
Minimum
Rata-rata
Suhu Udara/bulan (ºC)
34.1
19.8
25.7
Kelembaban Udara (%)
89
84
86
Jumlah Hari hujan/bulan  (hari)
25
17
21
Curah hujan (mm/tahun)
639
163
317
Sumber : Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011
Rata-rata jumlah curah hujan adalah antara 3.000 sampai 4.000 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata 130 – 200 hari/tahun. Hari hujan pada tahun 2005 rata-rata mencapai 21 hari hujan per bulan.  Hari hujan di atas rata-rata terjadi pada bulan Oktober – Desember berkisar antara 25-27 hari.  Dibandingkan dengan tahun 2004 rata-rata hari hujan tahun 2005 relatif lebih tinggi. Curah hujan pada tahun 2005 mencapai 317 mm.  Curah hujan di atas rata-rata terjadi pada bulan Mei, Juni, Agustus dan Oktober – Desember berkisar antara 327-639 mm.  Dibandingkan tahun 2004, curah hujan tahun 2005 jauh lebih tinggi. 


   5.     Fungsi Kawasan dan Kondisi Penutupan Lahan
           Luas DAS berdasarkan fungsi kawasan terdiri atas kawasan Suaka Alam seluas 136.806 ha (56,98%) dan arahan penggunaan lain seluas 103.287 ha (43,02%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 5. Luas DAS Ketahun berdasarkan Fungsi Kawasan
 No.
Fungsi Kawasan
Luas
(Ha)
Prosentase
(%)
A.1.
Kawasan Suaka Alam
102.596
42,73
2.
Hutan Lindung
12.020
5,01
3.
Hutan Produksi Tetap
-
-
4.
Hutan Produksi Terbatas
22.190
9,24

Jumlah A
136.806
56,98
B.1.
Arahan Penggunaan Lain
103.287
43,02

Jumlah B
103.287
43,02

Jumlah A + B
240.093
100,00
Sumber : BPDAS Ketahun, 2011.









 Tabel 6 Luas DAS Ketahun berdasarkan Jenis Penutupan Lahan
No.
Jenis Penutupan Lahan
Luas
(Ha)
Prosentase
(%)
1.
Hutan Lahan Kering Primer
71.301
29,70
2.
Hutan Lahan Kering Sekunder
52.613
21,91
3.
Hutan Mangrove Sekunder
56
0,02
4.
Hutan Tanaman
11
0,00
5.
Pemukiman
340
0,14
6.
Perkebunan
1.511
0,63
7.
Pertanian Lahan Kering Campur
97.577
40,64
8.
Sawah
7.179
2,99
9.
Semak/Belukar
8.800
3,67
10.
Tanah Terbuka
109
0,05
11.
Tubuh Air
596
0,25

Jumlah
240.093
100,00
Sumber : BPDAS Ketahun, 2011.
B. Pembahasan.
1.                                             Strategi pengelolaan DAS Ketahun . 
         Kemiskinan dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan lingkungan.  Kualitas sumber daya manusia yang rendah pada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan akan mempengaruhi kemampuan dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup. 
            Pada aspek lain rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat juga sangat mempengaruhi kualitas lingkungan hidup.  Pengelolaan sumber daya alam masih belum berkelanjutan dan masih mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.  Kegiatan yang bertujuan untuk peningkatan produksi pertanian semata berupa penggunaan input produksi seperti pupuk dan pestisida yang berlebihan dan mengabaikan kelestarian lingkungan menyebabkan terjadinyan pencemaran dan ketidakseimbangan sistem lingkungan secara keseluruhan dalam menopang kehidupan manusia. Hal ini lebih diperparah dengan penegakan hukum yang masih lemah, diskriminatif dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang fungsi kawasan.  
           Menurut Rencana Strategi (Renstra) Provinsi Bengkulu (Bappeda, 2004), kebijakan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui konservasi, dilaksanakan melalui program peningkatan efisiensi SDA dan lingkungan hidup dengan beberapa kegiatan antara lain :
1.      Peningkatan pemanfaatan dan pemantapan kawasan hutan.
2.      Peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan.
3.      Pengembangan wisata hutan.
4.      Pembinaan dan pengelolaan keanekaragaman hayati.
         
      2. Aspek –Aspek Pengelolaan DAS Ketahun .:
a.  Penguatan Koordinasi dan Kapasitas Kelembagaan        
        Pengelolaan DAS yang melintasi beberapa wilayah administrasi yang berbeda memerlukan koordinasi dan keterpaduan kebijakan pengelolaan dari hulu-hilir, sehingga kebijakan yang dilaksanakan tidak bersifat ego sektoral dan ego wilayah masing-masing-masing. Pengelolaan DAS harus secara menyeluruh dengan memperhatikan DAS sebagai unit analisis dan bukan batasan wilayah administrasi.  Demikian juga dengan koordinasi antar sektor terkait hulu dan hilir, sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak berjalan sendiri-sendiri. 
b.  Pengelolaan Sumberdaya Alam Berkelanjutan
        Dari data karakteristik DAS Ketahun jenis penutupan lahan yang paling dominan adalah pertanian lahan kering campur seluas 97.577 ha atau 40,64% dari luas seluruh DAS dan dari rekapan luas lahan kritis di DAS Ketahun, kawasan lindung di luar kawasan hutan menempati urutan teratas yaitu seluas 54.495 ha atau 67,85% dari total luas lahan kritis (80.312 ha). Dari data tersebut strategi yang dilakukan adalah :
1). Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
       a).  Penerapan Usaha Tani Konservasi
           Usaha tani konservasi adalah usaha tani yang disertai dengan penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air yang lebih menekankan pada pola pengaturan pertanaman, tanpa banyak melibatkan pembuatan struktur bangunan pengendali erosi.
       b). Pembangunan Teras Bangku
            Berdasarkan topografi kelerengan DAS Ketahun termasuk curam hingga sangat curam, karena bagian hulu dari DAS berada pada pegunungan oleh sebab itu harus diperhatikan teknik-teknik konservasinya. Pembangunan teras bangku terutama dilakukan pada lahan-lahan budidaya pertanian tanaman semusim maupun tanaman perkebunan yang memiliki kemiringan lahan antara 25-45 % (curam-sangat curam).
2). Penerapan sistim Agroforestry
            Agroforestry adalah suatu sistem pertanaman campuran antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan berkayu (pohon), dalam suatu tapak yang sama dan dapat dikombinasikan dengan kegiatan peternakan atau perikanan. Sistim agroforestry pada hakekatnya dapat diterapkan dimana saja, namun lebih baik bila diterapkan pada lahan yang mempunyai kelerengan > 45%.
3).Reboisasi dan Penghijauan
           Reboisasi adalah penanaman pohon-pohon hutan pada lahan hutan. Reboisasi akan berhasil dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan lapangan pekerjaan atau lahan usaha lain bagi perambah hutan.


4).  Pemberdayaan dan Peningkatan Partisipasi Masyarakat          
.       Pada pemberdayaan masyarakat perlu diperhatikan lima unsur pemberdayaan masyarakat dalam implementasinya, yaitu :
a.          Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tujuan utama adalah memberikan alternatif usaha yang secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi ramah terhadap lingkungan.
b.         Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola dan melestarikan sumberdaya.
c.          Memberikan akses kepada masyarakat seperti akses terhadap harga dan pasar, akses terhadap pengawasan, penegakan dan perlindungan hukum serta akses terhadap sarana dan prasarana pendukung lainnya.
d.         Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti dan nilai sumberdaya/ekosistem sehingga pelestariannya sangat diperlukan.
e.          Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga, mengelola dan melestarikan sumberdaya.
f.           Dalam setiap upaya pemberdayaan  harus dipandang sebagai sebuah pemacu untuk menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat.  










BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1.      Pengelolaan DAS yang melintasi beberapa wilayah administrasi yang berbeda memerlukan koordinasi dan keterpaduan kebijakan pengelolaan dari hulu-hilir. Pengelolaan DAS harus secara menyeluruh dengan memperhatikan DAS sebagai unit analisis dan bukan batasan wilayah administrasi.
2.      Pengelolaan DAS secara terpadu hulu-hilir dapat dilaksanakan melalui beberapa aspek yaitu penguatan koordinasi dan kapasitas kelembagaan, pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan DAS.

B. Saran
Perlunya pembuatan atau perencanaan dalam pengelolaan DAS Ketahun yang terpadu karena melintasi tiga kabupaten yaitu : Kabupaten Lebong, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara.










DAFTAR PUSTAKA
Akar, 2007. Membangun Inisiatif Lokal Dalam Perencanaan Pengelolaan Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ketahun. Melalui akarfoundation.wordpress.com /2007/07/11/pengelolaan-kawasan. 
Asdak, 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Asdak, 2007. Pemanfaatan Ruang Dalam Konteks Antar Sektor, Antar Lembaga dan Antar Wilayah. Makalah untuk Workshop Peningkatan Kapasitas Perencanaan Tata Ruang Bagi Aparat Pemerintah Daerah, Medan 14-15 Maret 2007.
BPDAS Ketahun, 2008. Pembalakan Liar di Bengkulu Utara Kian Marak. Melalui http://www,bpdas-ketahun.net.
BPS Bengkulu. 2011. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Bengkulu.
Departemen Kehutanan, 2003. Pedoman Teknis Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Melalui http://www.dephut.go.id/informasi/undang2/skmenhut/.
Kementrian Lingkungan Hidup . 1997. Ringkasan Agenda 21 Indonesia : Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 300 Hal.
Napitu. J.P., 2008. Pengaruh Alih Guna Lahan Terhadap Kerusakan DAS Musi. Melalui forestindonesia.wordpress.com/2008/01/10/hubungan-alih-guna-lahan-terhadap-kerusakan-das-musi/ alih fungsi lahan. 
Slamet, B., 2008. Pelestarian Sungai Deli Melalui Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Terpadu.
Syam, A., 2003. Sistem Pengelolaan Lahan Kering di Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu.









GLOSARIUM :
  1. DAS = Daerah Aliran Sungai

















Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis
                                                
                                    Riwayat Hidup Penulis
Nama : I Nyoman Artayasa, lahir di Tabanan tanggal 20 September 1966. Menamatkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Denpasar pada tahun 1985. Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Kepamongprajaan, Akademi Pemerintahan Dalam Negeri ( APDN) Mataram, dan  tamat tahun 1989. Tahun 1992 menamatkan pendidikan S1 pada STISPOL Wira bhakti Denpasar. Pengalaman kerja peneliti, semasa masih kuliah di APDN dengan status ikatan dinas sudah diangkat menjadi PNS tahun 1986. Setelah tamat tahun 1989 ditugaskan pada Pemda Kabupaten Gianyar. Sebelum dipindahkan menjadi Kepala Bidang Mobilitas Kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar dari tahun 2011, sebelumnya pernah menjabat sebagai Lurah Abianbase Gianyar, Lurah Bitera Gianyar, Sekretaris Camat Payangan Gianyar, Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar dan Sekretaris Camat Denpasar Utara . Kemudian pada tahun 2011 peneliti mengikuti kuliah di Program Studi Magister P2 WL Universitas Mahasaraswati Denpasar








Tidak ada komentar:

Posting Komentar